Sugih merasa dirinya hamba Allah SWT itu kategori orang bagus, karena jika yang bersangkutan diberikan amanah, maka barang yang diberikan itu hanya titipan sementara saja. Mereka yang kaya (sugih) dermawan tapi ikhlas termasuk orang yang bagus akhlaknya.
Demikian disampaikan oleh KH. Subhan Makmun pengasuh Ponpes Assalafiyah Luwungragi pada pengajian Kitab Ihya Ulumuddin di Masjid Agung Brebes, Rabu (23/12/2020).
Kefakiran adalah istilah bagi tiadanya sesuatu yang dibutuhkan. Sedangkan kehilangan sesuatu yang tidak dibutuhkan bukan faqr namanya." (Al-Ghazali, Ihya' Ulum al-Din, juz 4, h. 186.) Karena faqr yang dimaksud al-Ghazali dalam Ihya' Ulum al-Din Rub' al-Munjiyat pada Kitab al-Faqr wa al-Zuhd, (juga dalam tulisan ini) konteksnya adalah kefakiran harta (al--faqr min al-maal).
Ada lima faqr yang disebutkan yakni :
Pertama, faqr yang mendapatkan harta tapi malah tidak senang, tidak nyaman bahkan saat diambil merasa menjadi beban nanti saat di tanyakan di akhirat nantinya, dikenal dengan golongan zuhud.
Kedua, Faqr Ridla yakni mereka yang tidak benci harta, dapat rejeki ya senang, hidupnya secukupnya.
Ketiga, Faqr Qana'ah yakni seseorang yang puas dengan harta yang dicapainya.
Keempat adalah Faqr tamak atau srakah yakni seorang yang mengejar harta tidak merasa cukup-cukup, dikejar dan bergelut harta.
Kelima adalah Faqr Al Muttar yakni seseorang yang kepepet atau terdesak dalam mencari harta.
Macam-macam keadaan fakir menurut al-Ghazali. Dari sini, kita dapat memetik hikmah Kitab Ihya maka boleh jadi banyak orang berada dalam suatu kondisi yang sama, katakanlah sama-sama melarat. Akan tetapi bagaimana cara menghadapi kondisi-kondisi sulit itu sangat menentukan kualitas atau derajat spiritualnya.
Penulis : Bahrul Ulum